Welcome

Sabtu, 04 Juni 2011

Perjalanan Ke Pulau Kemarau

Perjalanan hari sabtu tanggal 4 Juni 2011.
By Adrian Fajriansyah
Perjalanan Ke Pulau Kemarau
 
Gambar 1.  Pulau Kemarau
            Ini adalah perjalanan pertama saya mengitari sungai musi menggunakan perahu ketek.  Perjalanan menggunakan perahu ketek memang berbeda. Ada sensasi yang luar biasa saat mengitari sungai musi yang besar dan berarus deras menggunakan perahu ketek.  Awalnya saya sangat takut pergi menggunakan perahu ketek yang berukuran kecil ini.  Gelombang air yang dibuat dari perahu-perahu besar yang lewat disamping perahu ketek kami membuat perahu yang kami tumpangi ini bergoyang ke kiri dan ke kanan.  Rasa was-was takut jatuh begitu terasa tapi lama-kelamaan saya menikmati perjalanan ini.
            Sensasi terkena deburan ombak air yang menggoyangkan prahu ke kiri dan ke kanan semacam ini bukanlah pengalaman baru bagi saya karena sebelumnya saat di Danau Toba, Sumatera Utara saya pernah mengalami saat-saat tegang semacam ini juga.  Namun pengalaman diterjang ombak dan arus deras sungai musi adalah pengalaman pertama kali bagi saya.  Pegalaman di atas sungai musi ini sungguh luar biasa tegang, asik dan menyenangkan.
            Pagi pukul 08.30 wib saya sudah sampai di Benteng Kuto Besak, Palembang menunggu teman-teman (Kgs. M Habibillah dan M. Julian Ginting) yang lain untuk berangkat ke Pulau Kemarau bersama.  Pagi itu sangat cerah dan segar sekali. Selagi menunggu teman-teman datang saya menikmati suasana pagi di pinggiran sungai musi yang sangat ramai dengan aktivitas warga sekitar.  Pukul 09.30 wib teman-teman yang akan pergi bersama ke Pulau Kemarau datang.  Setelah semua berkumpul kami mencari saranan transportasi umum yang biasa membawak wisatawan untuk pergi ke Pulau Kemarau.  Ada dua alternatif saranan transportasi umum yang dapat digunakanan untuk pergi ke Pulau Kemarau yaitu menggunakan perahu boat yang bertenaga mesin besar dan cepat seharga Rp 100.000,- sampai Rp 150.000,- atau menggunakan perahu ketek dengan harga yang lebih murah namun bertenaga mesin kecil dan lambat Rp 80.000,- sampai Rp 100.000,-.  Kami memilih untuk menggunakan perahu ketek karena harganya jauh lebih murah dan sangat pas dengan uang yang ada dikantong kami.
Gambar 2.  Perjalanan Dengan Perahu Ketek
            Bagi anda yang tidak suka dan takut berlama-lama diatas sungai musi disarankan menggunakan perahu boat yang bisa berjalan lebih cepat.  Namun bagi anda penikmat ketegangan dan ingin merasakan perjalanan di atas sungai musi lebih lama sebaiknya menggunakan perahu ketek saja.  Dengan menggunakan perahu ketek perjalan yang ditempuh dari Benteng Kuto Besak menuju ke Pulau Kemarau adalah 30 menit.  Bagi yang pertama kali naik prahu ketek di atas sungai musi akan mengalami rasa was-was karena perahu kecil itu selalu bergoyang ke kiri dan ke kanan ketika datang arus ombak besar dari perahu-perahu besar yang lewat disekitarnya.  Selain menikmati goyangannya naik perahu ketek juga memberikan kenikmatan sendiri karena anda dapat menikmati suasana di atas sungai musi jauh lebih lama dari moda tranportasi lain, anda dapat melihat bagaimana aktivitas warga disekitar sungai maupun diatas sungai melakukan aktivitasnya sehari-hari dan semua itu tidak ada di daerah lain hanya di sungai musi, Palembang.
Gambar 3.  Salah Satu Makam Di Pulau Kemarau
            Pulau Kemarau adalah sebuah pulau yang terletak ditengah-tengah delta sungai musi.  Nama Kemarau atau Kemaro didapat karena pulau ini tidak pernah banjir walaupun sungai musi meluap atau pasang besar sekalipun.  Pulau Kemarau merupakan pulau yang sangat kental rasa Tionghoahnya.  Di atas Pulau Kemarau terdapat sebuah pagoda besar, kelenteng, pohon cinta dan gundukan-gundukan tanah yang katanya adalah makam dari Siti Fatimah, Tan Bun An dan pengawalnya.  Ada sebuah legenda yang sangat dipercaya oleh masyaratakat Tionghoah dan Palembang dari terbentuknya Pulau Kemarau ini.  Pada sebuah prasasti batu di atas Pulau Kemarau dikisahkan sebagai berikut:
“Ada legenda seorang putri raja bernama Siti Fatimah yang disunting oleh seorang saudagar Tionghoah yang bernama Tan Bun An pada zaman kerajaan Palembang, Siti Fatimah diajak kedaratan Tionghoah untuk melihat orang tua Tan Bun An setelah disana beberapa watu Tan Bun An beserta istri pamit pulang ke Palembang dan dihadiahi 7 (tujuh) buah guci, sesampai di perairan musi dekat Pulau Kemaro Tan Bun An mau melihat hadiah yang diberikan, begitu dibuka Tan Bun An kaget sekali isinya sawi-sawi asin tanpa banyak berpikir langsung dibuangnya ke sungai, tapi guci terakhir terjatuh dan pecah di atas dek perahu layar, ternyata ada hadiah yang tersimpan di dalamnya, Tan Bun An tidak banyak berpikir ia langsung melompat ke sungai untuk mencari guci-guci tadi, sesorang pengawal juga terjun untuk membantu, melihat 2 (dua) orang tersebut tidak muncul Siti Fatimah pun ikut lompat untuk menolong, ternyata tiga-tiganya tidak muncul lagi, penduduk sekitar pulau sering mendatangi Pulau Kemarao untuk mengenang 3 (tiga) orang tersebut dan tempat tersebut dianggap sebagai tempat yang sangat keramat sekali”.
 
Gambar 4.  Prasasti Legenda Pulau Kemarau
            Begitulah kisah yang dari mulut ke mulut sering diceritakan tentang pulau tersebut.  Terlepas dari benar atau tidaknya pulau ini bisa dijadikan sebagai saranan rekreasi yang menyenangkan khususnya di kota Palembang.  Bagi pecinta fotografi pagoda dan kelenteng di atas Pulau Kemarau sangat bagus dijadikan objek foto.  Kabarnya saat acara Cap Go Me (tahun baru Cina) atau acara keagamaan Tionghoah lainnya Pulau Kemarau jauh lebih indah terutama dimalam hari karena di atas pohon-pohon rindang Pulau Kemarau banyak dihiasi dengan lampu lampion khas Cina yang begitu indah menerangi pulau kecil ini.
 
Gambar 5.  Pagoda Daya Tarik Fotografer
            Kami hanya diberikan waktu berkeliling 30 menit sesuai perjanjian dengan Mang Ali pemilik perahu ketek yang kami tumpangi.  Oleh karena itu kami tidak bisa terlalu berlama-lama di pulau ini.  Semua yang ada di pulau ini kami nikmati bersama.  Namun ada sedikit rasa kecewah di hati karena pulau ini sangat minim fasilitas pendukung seperti wc umum yang baik dan tempat duduk yang nyaman dan teduh bagi wisatawan karena pulau ini sangat terik dan panas saat siang hari, lalu pulau ini tidak banyak yang dapat dilihat atau kurangnnya hal menarik yang dapat memikat hati wisatawan selain pagoda dan kelenteng yang terdapat di pulau tersebut, kemudian pulau ini juga seperti tidak mendapatkan perhatian khususnya dari segi kebersihan terlihat dari banyaknya sampah, rumput liar dan semak belukar yang tumbuh subur di sekitar pagoda.
 
Gambar 6.  Hanya Pagoda Yang Menarik Hati Wisatawan
            Saran dari kami sebagai penikmat Pulau Kemarau semoga suatu saat nanti dibangung wc umum yang bagus, bersih dan gratis, juga dibangun banyak tempat duduk yang nyaman dan teduh di sekitar pulau seperti gazebo kecil, lalu dibuat pula saranan informasi tentang pulau ini yang nyaman dan bagus dengan fasilitas canggih atau dibuatlah sebuah museum tentang sejarah dan legenda yang terdapat di pulau ini sehingga wisatawan akan mendapatkan banyak hal saat berkunjung ke pulau ini, kemudian tolong diperhatikan sekali kebersihan dan kenyamanan pulau ini sehingga pulau ini bisa lebih menarik dan indah terlihat.
 
Gambar 7.  Back To Ampera
Mitos Pohon Cinta
Gambar 8.  Pohon Cinta
            Selain dari adanya kisah legenda tentang Putri Siti Fatimah dan Pangeran Tan Bun An.  Di Pulau Kemarau juga ada mitos tentang pohon cinta.  Pohon cinta yang dimaksud adalah sebuah pohon beringin yang sudah cukup tua dengan ranting-rantingnya yang sangat rimbun.  Konon katanya apabila seseorang menuliskan namanya dan pasangannya di pohon cinta tersebut maka jalinan cinta mereka akan semakin langgeng dan mesrah dan bagi yang belum memiliki pasangan bila menuliskan namanya dan nama orang yang disukainya maka suatu saat nanti mereka akan menjadi sepasang kekasih baru.  Percaya atau tidak itu terserah anda.

Tips Menuju Ke Pulau Kemarau
Gambar 9.  Kenikmatan Naik Perahu Ketek
1.  Bagi anda yang belum pernah dan ingin mencoba mengunjungi Pulau Kemarau maka ada 2 (dua) cara yang bisa digunakan untuk menujuh ke Pulau Kemarau.
  • Pertama : menggunakan perahu boat dengan biaya Rp 100.000,- sampai Rp 150.000,- per perahu dengan waktu tempuh 10-15 menit.
  • Kedua : menggunakan perahu ketek dengan biaya Rp 80.000,- sampai Rp 100.000,- per perahu dengan waktu tempuh 30-45 menit.
  • Biaya di atas adalah biaya PP (pulang-pergi).
 
Gamabr 10.  Suasana Dermaga Depan Benteng Kuto Besak
  • Perahu boat dan perahu ketek tersebut banyak ditemu di dermaga depan Benteng Kuto Besak. Saran dari saya tawarlah dengan semurah-murahnya saat bernegosiasi jangan sampai anda langsung menerima dengan begitu saja saat ada yang menawari anda.
2.  Pakailah baju berlenggan pajang dan span yang nyaman karena di atas perahu dan di Pulau Kemarau cuacanya sangat terik dan panas.
3.  Bawaklah bekal sendiri dari rumah terutama air agar tidak dehidrasi.
Gambar 11.  Siapkan Bekal Saat Ke Pulau Kemarau
4.  Waktu terbaik menuju ke Pulau Kemarau adalah pagi dan sore hari karena cuaca saat itu tidak terlalu panas.
5.  Moment terbaik ke Pulau Kemarau adalah saat upacara keagaamaan Tionghoah karena di Pulau itu akan ramai dengan lapion yang menghiasi dan menerangi pulau tersebut dan banyak dikunjungi wisatawan local dan manca Negara.
Gambar 12.  Pulau Kemarau Di Siang Hari