Welcome

Selasa, 26 Oktober 2010

PERCOBAAN KEDUA BERBUAH MANIS (Pengalaman Ke Dua)

PERCOBAAN KEDUA BERBUAH MANIS

Ceritanya dimulai pada tanggal 12 Oktober 2010 saat saudari Cefti Lia Permatasari mengirimkan aku sebuah wall di Facebookku berisikan seperti ini:

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (BEM FEMA IPB) PROUDLY PRESENT: INDEX 2010

for more information
http://www.index2010.wordpress.com/
ado lomba fotografinya juga loh :)

Lewat wall inilah aku dapat kabar tentang perlombaan fotografi. Aku antusias membaca persyaratan dan ketentuan lombanya lewat link itu. Kalau ditanya apakah aku tertarik ikut lomba itu? Maka jawabnya: yah aku sangat tertarik.. hehehe

            Apalagi dua hari sebelumnya hatiku sangat berbunga-bunga karena baru saja fotoku menjadi yang terbaik di Lomba Fotografi Gelora Pers Universitas Sriwijaya Ke 17 yang bertema Back To Nature.

            Ingin rasanya menikmati sekali lagi atmosfer kompetisi dan kalau bisa kembali menjadi yang terbaik karena rasanya sangatlah menyenangkan.. hahaha

            Bisa dikatakan aku sangatlah amatir di bidang fotografi ini, mungkin baru setahun belakangan inilah aku baru serius belajar dan mendalami dunia fotografi. Bahkan yang namanya kompetisi fotografi adalah hal yang asing bagiku, sebelumnya aku tidak pernah sekali pun ikut dalam lomba-lomba berbau fotografi seperti ini. Lomba Fotogarfi Gelora Pers Unsri adalah percobaan pertamaku dalam mengikuti kompetisi semacam ini dan ternyata hasil akhirnya sangat memuaskan.

            Okey singkat cerita, langsung ke pokok pembicaraan, aku akhirnya ikut berpartisipasi dalam lomba fotografi yang kedua kalinya di acara Index 2010 yang diadakan oleh Bem Fema IPB.  Tema lomba itu sendiri adalah tentang “Save Our Water With Your Camera”, aku sempat bingung dengan tema itu dalam hatiku bertanya konsep foto semacam apa yang akan aku tampilkan dalam lomba tersebut??, foto semacam apa yang akan membuat juri-juri di sana terkesan dengan fotoku??

            Aku cari di Google tentang konsep foto yang bertema “Save Our Water”. Om Google sendiri banyak memberikan konsep foto semacam: air yang menetes ke sebuah tampungan air besar lalu membuat gelombang yang indah, ada juga air yang menetes berlahan dari keran, terus ku dapati pula konsep foto mengenai orang mengantri air disebuah tempat penjualan air bersih, semuanya tampak terlalu familiar (biasa) bagiku, pasti semua orang punya konsep foto semacam ini, dalam otakku berkata bahwa aku harus menampilkan konsep foto yang berbeda, aku harus menampilkan sebuah foto yang terdiri dari pesan-pesan kehidupan yang sangat mendalam, akhirnya kutemukan sebuah foto dari galeri om Google yang memperlihatkan sekumpulan ibu-ibu sedang mencuci pakaian bersama disebuah pesisir sungai, lalu terbersit dalam hatiku “nah ini dia konsep foto yang akan aku gunakan”.

Dari penemuan konsep lewat om Google itulah ideku keluar mengalir bak air dari keran. Esoknya Rabu tanggal 13 Oktober 2010, dengan sahabatku KGS. M. HABIBILLAH kami hitari sudut-sudut kota Palembang yang tentunya sangat jarang di lihat orang bahkan mungkin inilah sisi unik kota Palembang yang tidak dimiliki daerah-daerah lainnya di Indonesia bahkan dunia dan akhirat.. ^_^

            Seharian kami berdua menyelusuri sudut-sudut kota Palembang yang unik, banyak foto yang aku ambil mulai dari: Foto Suasana Pasar Sekanak Di Pinggiran Sungai Sekanak (Anak Sungai Musi), Foto Papan Peringatan Untuk Mengingatkan Warga Agar Selalu Menjaga Kelestarian Lingkungan Terutama Di Sungai, lalu ada pula Foto Salah Satu Anak Sungai Musi Di Daerah Plaju Yang Tercemar Limbah Keluarga Yang Sangat Memperhatinkan, kemudian juga Foto Keceriaan Anak-Anak Yang Bermain Bersama Di Sungai. Semua foto-foto yang aku dapatkan di siang hari saat itu belum membuatku puas karena menurutku semuanya sangat biasa (sederhana) sedangkan aku ingin menemukan sebuah foto yang bisa menyampaikan pesan-pesan yang banyak dan mendalam tidak hanya satu pesan saja. Konsep foto yang telah aku rancang di malam hari sebelumnya yaitu ibu-ibu berkumpul mencuci pakaian bersama di pesisir sungai belum ditemukan, aku sangat penasaran untuk menemukan konsep foto semacam itu.

            Hari saat itu sudah semakin sore, kami berdua sudah bosan mencari tapi aku masih penasaran untuk menemukan orang-orang yang sedang beraktivitas di Pinggiran Sungai Musi, sampai akhirnya saat waktu sudah hampir petang sekitar pukul 17:00 wib kami menemukan sebuah objek yang sangat luar biasa di daerah Pinggiran Sungai Musi kawasan Ki Gede Ing Suro (daerah tempat tinggal keluarga temanku Kgs. M. Habibillah), di sana kami menemukan sekeluarga besar yang terdiri dari Ayah, Ibu dan Anak-anaknya sedang berkumpul bersama di Pinggiran Sungai Musi itu, si Ibu sibuk mencuci, si Ayah sedang memancing dan anak-anaknya mandi juga berenang ke sana dan ke mari, dalam hatiku “nah ini dia konsep foto yang benar-benar aku idamkan” objek yang sangat luar biasa, tanpa ragu aku langsung menge-shoot moment hebat itu, suasana kawasan itupun sangat mendukung dari pesan-pesan yang akan aku sampaikan lewat foto itu, suasana saat itu sangat cerah, langit berawan sedikit kekuning-kuningan, terus tempat yang sangat tradisional, juga pinggiran sungai yang sedikit tidak terawat tapi tetap menjadi tempat favorit bekumpul keluarga untuk melalui sore hari yang indah.

            Foto didapat, dan hasilnya sesuai rencana dan konsep dalam pikiranku. Dalam foto itu ingin ku sampaikan 5 hal penting yaitu Kebersamaan, Keceriaan, Keindahan Sungai Musi, Keunikan Pesisir Sungai Musi dan tentu Pentingnya Air Sungai Musi sebagai urat nadi kehidupan wong Palembang.

            5 pesan ini yang sangat aku unggulkan, karena aku pikir konsep foto orang lain pasti kebanyakan hanya menampilkan 1 pesan atau paling banyak 2 buah pesan. Lewat pesan-pesan yang terkandung dalam foto inilah sedikit membuatku pede untuk mengikuti kompetisi ini.

            Esoknya hari Kamis tanggal 14 Oktober 2010 aku kirimkan foto itu lewat Pos Kilat, banyak benar pengorbanan untuk mengumpulkan foto ini, mulai dari uang yang pas-pasan (bahkan sampai kehabisan uang yang membuat aku tidak bisa berangkat ke Indralaya) sampai dengan harus mengejar deadline pengiriman foto yang ditutup pada hari sabtu tanggal 16 Oktober 2010. Namun akhirnya foto itu terkirim juga dengan segala upayah.. ^_^

            Seminggu harus menanti kabar tentang pengumuman hasil lomba tersebut yaitu tanggal 24 Oktober 2010. Waktu yang sangat lama untuk dinanti membuat aku tidak sabaran mendengar/ melihat hasilnya, hampir tiap hari aku mencari-cari kabar bagaimana hasil lomba itu, apakah aku masuk dalam finalis lomba itu (hatiku terus bertanya seperti itu) sampai pada tanggal 19 Oktober 2010 masih belum juga ada kabarnya padahal menurut jadwal yang tertera dalam blog Index 2010 tanggal 19 Oktober adalah saat pengumuman finalis tapi saat itu belum juga ada kabarnya, mungkin besok ada kabarnya aku pikir seperti itu, tapi ternyata besoknya juga belum ada kabar.

Lelah menunggu kabar akhirnya aku pesimis, “pasti aku tidak bakal menang dalam lomba ini” bagaiman tidak pesimis sampai tanggal 22 Oktober belum juga ada kabarnya. Sudah aku pikir pasti tidak bakal menang dan akupun melupakan bayang-bayang setidaknya masuk 3 besar dalam lomba itu..

Eeehhh ternyata pukul 9 malam tanggal 22 Oktober 2010 saudari DINI PANITIA LOMBA tersebut mengabarkan bahwa aku masuk 3 besar, sontak saja aku terkejut membaca kabar itu lewat layanan Short Message Service (SMS) karena saat itu aku sedang berkumpul besama teman-temanku di kostan M. Hafid Fitrian (temanku), takku sangka dan takku duga padahal aku sudah mulai melupakan lomba itu dan ternyata aku bisa masuk 3 besar.. Alhamdulillah aku ucapkan bisa masuk 3 besar lagi (padahal aku baru 2 kali ikut lomba semacam ini).

            Kabar dari Dini itu membuat malamku saat itu sangat panjang karena tak bisa tidur, aku terus memikirkan “koq bisa yah fotoku masuk 3 besar?? padahal dalam bayanganku pesaing yang lain pasti fotonya hebat-hebat (karena kompetisi ini terbuka untuk umum pasti banyak peserta yang hebat-hebat),, ahh ternyata fotoku cukup dihargai di sana”. Di kala teman-temanku sudah terlelap tidur aku masih juga terjaga dengan mata yang tak mau ngatuk sedikitpun… hehehe (masih mikirin koq bisa masuk 3 besar, sampai-sampai sms dari DINI itu aku baca berulang-ulang kali untuk menyakini bahwa memang aku tidak mimpi) :P

            Karena sesuatu dan lain hal aku tidak bisa memenuhi undangan dari pihak IPB (panitia) untuk mengikuti acara puncak Index 2010 di BOKER (Botani Squere) Bogor. Lalu aku mintak tolong dengan saudari Cefti Lia Permatasari untuk mewakiliku dalam mengambil gelar kemenanganku yang ke 2 kali itu.. hehehe (dan saudari Cefti dengan senang hati meng-iya-kan)

            Hari minggu tanggal 24 Oktober 2010, saat dimana akan diumumkannya siapa pemenang Lomba Fotografi Tingkat Nasional Index 2010 di IPB yang di adakan oleh Bem Fema, aku gugup membayangkan juara ke berapakah saya???.. Dan ternyata kabar dari Cefti menyampaikan bahwa aku jadi jawarahnya (juara 1 lagi).. hahaha senang hatiku mengetahuinya (2 kali ikut lomba, 2 kali juara 1, dan 2 kali tidak hadir langsung ke panggungnya)..

            Taukah kalian betapa gembiranya hati ini bisa juara 1 lagi. Memang ini sesuatu yang biasa bagi kebanyakan orang, tapi bagiku ini adalah moment dan pengalaman yang sangat luar biasa karena sebelumnya aku tidak pernah merasakan atmosfer di puncak seperti ini. Mungkin suatu saat bila aku sudah biasa menghadapi peristiwa semacam ini tidak akan ada lagi perasaan yang sangat excited seperti ini, jadi sebelum aku terbiasa lebih baik aku nikmati perasaan seperti ini karena ini tidak akan terulang lagi.. hahaha (terserah orang mau bilang apa tapi ini kebanggaan bagiku)..

            Percobaan kedua yang berbuah manis, lewat hasil ini semakin menggebuh-gebuh minatku pada bidang fotografi ini, bahkan karena fotografi inilah Laporan PL ku terbengkalai dan proposal penelitianku tak kunjung selesai.. oohh my God aku sudah terlanjur jatuh cinta dengan fotografi yang membuat aku kurang minat lagi membuka buku-buku kuliah..

            Percobaan kedua yang tidak mengecewahkan, semoga ini bukan prestasi terakhir yang bisa aku raih, semoga kedepannya dapat ku raih lagi prestasi-prestasi lain yang bisa membuat bangga Bapak dan Ibuku.. hehehe (cita-cita tulus anak berbakti).. ^_^

Sedikit goresan cerita dalam hidupku..

Thanks a lot buat ALLAH SWT juga Kedua orang tuaku..

DAN tentunya Thanks a lot buat Cefti Lia Permatasari yang telah berbaik hati untuk membagi infonya kepadaku dan juga sudah bersediah mewakiliku dalam penerimaan simbolis juara serta dengan repot-repot mau mentag fotonya lewat facebook.. ^_^

Thanks a lot buat Kgs. M. Habibillah yang sudah dengan ikhlas menemaniku keliling seharian ke sudut-sudut kota PALEMBANG… hehehe

Thanks a lot buat M. Hafid Fitrian kostan anda membawa berkah.. hahaha

(hhahaha lebay nian, lah kayak juara Indonesian Idol bae)..

Inilah Foto KemenanganKu.. hehehe 

Ohh yah thanks a lot juga buat orang-orang di dalam foto ini tanpa mereka foto ini tak akan berkesan.. ^_^

Kebersamaan Di Pinggir Sungai Musi
DATA FOTO
Judul : Air Sungai Musi Urat Nadi Wong Palembang
Lokasi : Pinggiran Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan
Jenis kamera : Sony Prosumer Cyber Shot DSC-H50
Waktu pengambilan : Pukul 17:22:28 wib, 13 Oktober 2010
Deskripsi :
Sungai musi adalah jatung hati kota Palembang. Sungai musi dan masyarakat Palembang adalah dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Hubungan rakyat Palembang dan Sungai Musi sudah terjalin sangat lama bahkan sebelum datangnya koloni Belanda. Di sungai inilah dahulu kala armada-armada kerajaan Sriwijaya berjaya. Hingga kini Sungai Musi masih menjadi tokoh sentral dalam denyut nadi kehidupan warga Palembang khususnya.
Hampir segala aktivitas kehidupan dilakukan orang Palembang di Sungai Musi. Apabila kita menyelusuri pesisir sungai dapat kita temui berbagai macam aktivitas yang dilakukan masyarakat sekitar sungai seperti yang terlihat dari foto, mulai dari mandi, para ibu mencuci pakaian, anak-anak bermain riang berenang ke sana dan ke mari, sedangkan bapak-bapak sibuk melaut dengan paruhnya (mencari ikan di sungai musi) untuk nafkah bagi keluarganya, ataupun sekedar memancing mencari ikan untuk lauk makan di rumah bersama keluarga tercinta.
Dari sana dari foto ini dapat kita lihat dan kita bayangkan campura aduk aktivitas yang dilakukan orang-orang di Sungai Musi. Di Sungai Musi semua ada, orang mencari keceriaan, menemukan kebersamaan, memeras keringat mencari nafkah untuk keluarga, suka dan duka semuanya hadir di sungai tercinta ini, bahkan cinta pun dapat terjalin di sungai ini.
Tak bisa dibayangkan bila air sungai ini tercemar semua aktivitas yang biasa dilakukan oleh rakyat sekitar akan mati dan kehidupan sekitar pesisir Sungai Musi pun akan punah. Gejala pencemaran air sungai ini pun sekarang mulai terlihat, banyak air anak-anak sungai dari sungai musi yang mengering, mendangkal dan tercemar limbah terutama limbah keluarga dan bila ini terus dibiarkan dari hari ke hari akan berdampak buruk bagi Sungai Musi itu sendiri.
Lihatlah di foto ini, dapat kita lihat banyak sampah berserakan di pinggiran Sungai Musi, rakyat sekitar banyak yang tidak peduli dengan kebersihan air Sungai Musi padahal dari sungai inilah mereka hidup, dari air sungai ini pula mereka minum. Apakah mereka tidak pernah berpikir bagaimana bila air Sungai Musi tercemar limbah, rusak dan akhirnya kering, yang rugi adalah mereka sendiri.
Sekarang dibanyak tempat di Sungai Musi sudah banyak dipasang papan peringgatan untuk selalu menjaga kelestarian sungai dan kebersihan airnya. Semoga rakyat sekitar Sungai Musi semakin sadar untuk menjaga sungai mereka agar air sungai musi dapat terus dimanfaatkan. Dan untuk kita semua mulai sekarang harus ditanamkan rasa peduli menjaga sungai di sekitar kita karena dari sungailah sumber kehidupan berasal dan dari sungai pula sumber peradapan dimulai.
“Save our river. Save our water.”
Keterangan teknis :
Shutter speed : 10/1250 second
Aperture : F/4.0
Focal length : 9 mm
ISO speed : 100
No flash

By Adrian Fajriansyah 26/10/2010

Senin, 25 Oktober 2010

Keluarga Sehat Pesisir Sungai Musi

DATA FOTO

Kumpul Bersama Di Sore Hari Di Tepian Sungai

Judul : Keluarga Sehat Pesisir Sungai Musi
Lokasi : Pinggiran Sungai Musi, Palembang, Sumsel, Indonesia
Jenis kamera : Sony Prosumer Cyber Shot DSC-H50
Waktu Pengambilan : Pukul  17:21:46 WIB, 13 Oktober 2010

Deskripsi :
Sungai Musi adalah jantung hati wong Palembang. Hampir separuh kehidupan orang Palembang dilalui di atas Sungai Musi tercinta ini. Sungai Musi adalah urat nadi wong Palembang.

Sungai Musi memberikan segalanya bagi wong Palembang, Sungai Musi memberikan air untuk minum, ikan untuk dimakan bersama keluarga dan juga keindahannya untuk melepas penat guna memberikan kesejukan hati.

Dari foto ini terlihat sekeluarga wong Palembang sedang menikmati sore hari bersama dengan keluarga besarnya mulai dari Ayah, Ibu, Anak dan sanak dulur yang lain. Ibu mencuci pakaian agar tetap bersih saat dipakai anak-anaknya, biarpun pakaian itu tidak mewah tapi kebersihan tetap menjadi yang utama. Anak-anaknya mandi bersama ada pula yang berenang ke sana dan ke mari walaupun hidup mereka terbatas namun kebersihan tubuh mereka tetap terjaga tak kalah dari orang kaya. Dan sang ayah sibuk memancing ikan agar bisa dimakan bersama keluarga tercinta di rumah dengan ikan kecerdasan anak-anaknya bisa terus berkembang agar nanti menjadi generasi penerus kebanggaan keluarga juga bangsa.

Betapa indahnya kebersamaan, dengan segala keterbatasannya keluarga di pesisir Sungai Musi tetap menjaga kesehatan mereka dengan mandi bersama di Sungai Musi. Betapa hebatnya keluarga ini biar hidup tidak mewah tapi kecerian tetap terpancar dari raut muka mereka. Biarpun hidup tak mewah tetapi kesehatan tetap menjadi yang utama bagi mereka.

Semoga bangsa ini memperhatikan mereka karena orang-orang pesisir Sungai Musi juga bagian dari keluarga besar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mereka adalah investasi bangsa. Dan anak mereka adalah mutiara bangsa yang kelak akan mengharumkan nama bangsa di seluruh penjuru dunia.

Keluarga Sehat, Investasi Bangsa.
Keluarga Sehat, Keluarga Bahagia.
Keluarga Sehat selalu bersama dalam suka dan duka.

Keterangan Teknis :
Shutter speed : 10/2000 second
Aperture : F/4.0
Focal length : 10 mm
ISO speed : 100
No flash

By Adrian Fajriansyah 26/10/2010

HAPPY FAMILY

DATA FOTO


Happy Family

Judul : Keluarga Sehat Wong Palembang
Lokasi : Benteng Kuto Besak, Sungai Musi, Palembang, Sumsel, Indonesia
Jenis kamera : Sony Prosumer Cyber Shot DSC-H50
Waktu Pengambilan : Pukul 17:13:21 WIB, 25 Oktober 2010

Deskripsi :

Benteng Kuto Besak (BKB) adalah salah satu objek wisata unggulan di kota Palembang. BKB merupakan benteng peninggalan Kesultanan Palembang Darusalam. BKB menyimpan banyak kenangan karena benteng inilah saksi bisu bagaimana dahsyatnya perjuangan rakyat Palembang menghadapi kolonial Belanda yang ingin menjajah Palembang.

Mengunjungi BKB ini tidaklah sulit karena terletak di pusat kota di pinggir Sungai Musi, selain itu masuk ke BKB gratis tidak dipungut biaya. Oleh karena itulah mengapa BKB menjadi salah satu tempat favorit di kota Palembang. BKB sangat menarik, dari tempat ini kita bisa menikmati sejuknya angin sepoy-sepoy, melihat aktivitas warga maupun nelayan di atas perahu mengitari Sungai Musi dan suasana unik Sungai Musi lainnya yang hanya terdapat di Palembang.

Setiap hari tempat ini selalu ramai dikunjungi oleh baik itu warga Palembang maupun warga pendatang, para muda-mudi yang asik dengan pasangannya masing-masing, dan juga keluarga-keluarga bahagia yang ingin melepas penat bersama di pinggiran Sungai Musi.

Lihatlah di foto ini, salah satu keluarga sehat dan bahagia di Kota Palembang sedang menikmati kebersamaan mereka di pinggiran Sungai Musi. Ibu dan Ayah kompak menyuapi anak-anaknya makan. Suasana sejuk di  pinggiran Sungai Musi makin memberikan kenyamanan dan keharmonisan bagi keluarga ini. Anak-anak tampak bahagia karena Ibu dan Ayahnya memberikan kehangatan bersama.

Betapa nilai kebersamaan sungguh besar artinya, walaupun hanya pergi ketempat yang sederhana sekalipun tapi bila itu dilakukan bersama keluarga akan menjadi sangat mewah dan tak ternilai kebahagiannya. Kehangatan keluarga seperti inilah yang sangat diperlukan anak-anak bangsa ini, keceriaan seperti inilah yang akan selalu membekas di hati mereka, kelak nantinya akan membentuk mental sehat dan normal menjadikan mereka anak-anak yang memiliki jiwa sosial tinggi peduli akan lingkungannya.

Keluarga Sehat, Investasi Bangsa.
Keluarga Sehat, Keluarga Bahagia.
Keluarga Bahagia Selalu Bersama Dalam Suka Dan Duka.

Keterangan Teknis :

Shutter speed : 10/1250 second
Aperture : F/3.5
Focal length : 23 mm
ISO speed : 125
No flash

By Adrian Fajriansyah 26/10/2010

Senin, 18 Oktober 2010

Pesona Danau Linggau, Linggau, Sumsel, Indonesia

 
“Pesona Danau Linggau”
Betapa Eksotisnya Linggau, dengan segala ketebatasan fasilitas tetap saja memberikan pesonanya yang luar biasa,,

Ternyata Linggau juga menyimpan pesona alam yang sangat indah dan menabjubkan..
Tidak kalah dengan daerah wisata lain di sumsel seperti Pagaralam, Lahat, Danau Ranau Sungai Musi dll. Linggau juga menyimpan pontensi yang sangat luar biasa.

Salah satunya danau ini, begitu indah danau ini, ini eksotisme Linggau yang kurang terpantau dan perhatian dari pemerintah pusat. Padahal bila diberikan perhatian khusus dengan fasilitas dan pendukung lainnya bukan tidak mungkin daerah ini menjadi salah satu tujuan wisata andalan di Sumsel.

Lokasi : Kab. Linggau, Sumsel, Indonesia
Kamera Sony Cyber Shot DSC-H50
Waktu : Juni 2010
 
By Adrian Fajriansyah
 

Jembatan Gantung Desa Jati, Lahat, Sumsel, Indonesia

“Jembatan Gantung Desa Jati”
Jembatan gantung ini berada di Desa Jati Lama, Kabupaten Lahat tempat nenek moyangku berasal.

Jembatan ini berada tak jauh dari rumah nenekku, yang mungkin hanya berjarak 10 menit dari rumah ku.

Jembatan gantung ini merupakan sarana penghubung antara desa satu ke desa yang lainnya.

Setiap hari masyarakat desa ini lalu lalang di atas jembatan ini krn inilah jalur utama mereka untuk pergi ke daerah lainnya.

Jembatan Gantung ini sudah ada sejak dulu, dan sudah menjadi sarana penghubung antar desa sejak dahulu kalah, bahkan ada salah satu Jembatan yang telah berdiri sejak jaman Kolonial Belanda yang sampai sekarang masih tegap mengatung..

Lokasi : Desa Jati Lama, Lahat, Sumsel, Indonesia
Kamera : Sony Cyber Shot DSC-H50
Waktu : September 2010
 
By Adrian Fajriansyah

Langit Merah Di Depan Kamar Ku, Sunset Pribadi Ku

“Langit Merah Di Depan Kamar Ku” 

 
Hari ini hampir seharian aku beraktivitas di depan laptop..
 
Sore tadi saat mataku sudah terlalu jenuh melihat laptop, kupandang langit sore ini begitu indah dengan warna merah yang memikat, ku ahlikan sejenak aktivitasku di depan laptop untuk mengabadikan keindahan sore hari ini yang jara…ng terjadi dan sulit untuk terulang lagi..
 
Sungguh besar keAgungan Tuhan Allah SWT, menciptakan segala macam yang ada di dunia ini begitu indah, dari sudut mana pun ciptaan Allah sungguh Indah, bahkan hanya sekendar warnah langit yang memerah saja sungguh indah dan nikmat untuk dipandangi…
 
Hilanglah jenuhku sejenak setelah menikmati warna langit sore hari yang indah ini…
 
Lokasi : Prumnas, Palembang, Sumsel, Indonesia
Kamera Sony Cyber Shot DSC-H50
Pukul : 18:07 WIB
 
By Adrian Fajriansyah (18/10/10)

The First Pinhole Camera (SLR PINHOLE)

The First Pinhole Camera


Inilah kamera Lubang Jarum (Pinhole Camera) Pertamaku, Aku kasih nama ADKON (Adrian Kodak),, haha gak nyambung banget. Serienya D2010 karena buatnya tahun 2010.. :P



Ni Pinhole sengaja aku buat ada lensa di depan biar mirip kayak SLR, masalahnya sampe sekarang aku gak punya cukup uang (bahkan tak cukup) untuk membeli SLR, namun (cekile namun,, hehe) aku benar-benar kepengen punya SLR.. “ohh Ya Allah Ya Tuhan ku berikan aku cukup rezeky untuk membeli SLR impianku”.. ^_^

Yah jadilah dengan Pinhole yang aku buat mirip dengan SLR ini aku berhayal sedang memegang SLR betulan (padahal nyata-nyata ini Lubang Jarum.. hahahha)..


Shooter ADKON D2010 yang siap untuk membidik objek.. hehehe.. (bener-bener kayak SLR yah,, hahaha #maksa.com)


Yah gak apalah sementara megang Pinhole SLR, ntar kalu tabunganku udah cukup aku mau beli SLR yang asli (amin),,,  tapi gak tau berapa tahun lagi tabungan ku cukup untuk membelinya… hehehe (menyedihkan)

Ceritanya Pinhole SLR ini buat pancingan supayah ntar bisa megang SLR betulan yang asli punyaku sendiri,,, hahaha (kayak ibu yang ngarep punya anak aja pake dipancing-pancing dg anak orang biar punya anak kandung betulan… hahaha)

By Adrian Fajriansyah (18/10/2010)

http://adrian10fajri.wordpress.com/2010/10/18/the-first-pinhole-camera-slr-pinhole/

Minggu, 17 Oktober 2010

Pengalaman PertamaKu, Lomba PertamaKu

KISAHKU YANG AKU ANGGAP LUCU
Pelajaran hari ini, “Jadi manusia itu harus Pede terhadap segala hal, karena apa yg kita pikirkan belum tentu sama dengan yang orang lain pikirkan, dan juga apa yg kita nilai belum tentu sama dengan penilaian orang lain.”

Dunia ini “Panggung Sandiwara” seperti kata God Bless. Penuh dengan kisah ada suka, duka, ceria, bahagia, sedih, menderita, senang dan konyol.

Salah satu kisah itu adalah cerita yang terjadi dalam hidupku.

Yah cerita yg bagiku ini sangat lucu dan konyol.

Hari ini minggu tanggal 17 Oktober 2010 pukul 14:30 wib tiba-tiba temanku Kgs. M. Habibillah menelponku dan berkata bahwa fotoku Juara 1 dalam lomba fotografi tingkat Unsri dalam rangka HUT Pers Gelora Sriwijaya yang ke 17. Aku terkejut mendengar berita itu dan menanyakannya lagi, ehh ternyata foto yg menang bukan atas namaku melainkan atas nama temanku si Habibillah itu..

Ceritanya begini, suatu ketika aku mendapatkan kabar dari temanku Alma tentang adanya lomba fotografi yang diadakan oleh Dewan Pers Unsri dalam rangka Hut mereka yang ke 17. Lomba fotografi itu sendiri bertema Back To Nature, sotak saja aku ingin sekali mengikuti lomba tersebut.

Dunia fotografi sendiri baru aku tekuni setahun belakangan ini, sampai sekarang pun kemampuanku masih sangat biasa-biasa saja, dan akupun terkadang kurang Pede dengan hasil jepretanku apalagi kamera yang aku gunakan hanya sekelas Prosumer saja. Namun kali ini aku ingin sekali mencoba ikut berkompetisi dalam sebuah even lomba fotografi seperti ini, setidaknya dengan ikut lomba ini aku mendapatkan banyak pengalaman walaupun nanti hasilnya tidak memuaskan atau kalah.

Esok harinya aku ceritakan kepada temanku Kgs. M. Habibillah ini kalau aku berniat ikut lomba tersebut, aku ingin mendapatkan pengalaman dari mengikuti lomba seperti demikian. Lomba itu sendiri bukan untuk kalayak umum hanya sebatas mahasiswa saja terutama mahasiswa Unsri itu sendiri, justru karena sebatas untuk mahasiswa itu sajalah yang membuat aku berniat ikut berpartisipasi dalam lomba ini (setidaknya ada sedikiti peluang untuk masuk 3 besar,, hehehe).

Temanku Abi (nama panggilan Kgs. M. Habibillah) sangat mendukung aku untuk mengikuti lomba ini, tapi aku bingung foto yang mana yang akan aku kirimkan dalam lomba tersebut, aku berniat mengirimkan Foto Panorama Danau di Kab. Linggau yang jarang diketahui orang karena foto itulah yang aku nilai hasil jepretanku yang paling bagus dan aku pikir foto itulah yang bisa sedikit berkompetisi dalam lomba semacam ini tapi temanku Abi malah memilih fotoku yang bertemakan Jembatan Gantung yang aku ambil di desaku Dusun Jati Lama Kab. Lahat, Foto Jembatan Gantung itu memang lebih berkesan Back To Nature hanya saja aku pikir foto itu terlalu sederhana dan aku nilai kurang mampu untuk berkompetisi dalam suatu lomba apalagi foto tersebut pernah aku upload di FB dan mendapat tanggapan kurang bagus dari salah satu orang yang cukup ahli dalam bidang fotografi jadilah aku semakin kurang yakin dengan foto tersebut (Foto Jembatan Gantung).

Foto Pesona Danau Linggau, yang tadinya jadi andalanku (malahan tidak menang bahkan 3 besarpun tak masuk)

Lalu aku punya rencana untuk mengirimkan 2 foto dalam lomba tersebut namun tidak jadi karena aku pikir akan sangat malu nantinya apabila kedua fotoku itu gagal dalam lomba tersebut (sudah mengirimkan banyak karya tapi tak ada satupun yang menjadi juara pasti nanti kata orang betapa tamaknya aku yang sangat ambisius mengicar kemenangan).

Akhirnya supayah kedua karyaku itu tetap bisa mengikuti lomba tanpa harus terlihat bahwa aku sangat ambisus mengincar kemenangan aku punya ide untuk mengirimkan Foto Jembatan Gantung itu atas nama Kgs. M. Habibillah. Aku tawarkan rencana itu kepada temanku Abi, dan dia setujuh saja dengan rencana itu.

Hari senin tanggal 11 Oktober 2010 ku suruh Abi ke rumahku untuk mempersiapkan diri guna mengikuti lomba tersebut.

Besoknya hari selasa tanggal 12 Oktober 2010 ku cetak kedua fotoku yang akan mengikuti lomba tersebut, kedua foto itu adalah Pesona Danau Linggau (yang menjadi andalanku) dan Jembatan Gantung Di Lahat (pilihan Abi yang akan dikirimkan atas namanya). Saat di tempat percetakan foto, foto Jembatan Gantung tersebut sempat akan ku batalkan untuk di cetak karena harga cetak 10R yang sangat mahal seharga Rp 8500/foto dan hari itu aku harus mencetak 4 foto 10R sebab panitia memintak foto hasil karya peserta dikirim dalam 2 rangkap, aku yang tidak punya uang lagi saat itu, bingung apakah harus dicetak atau batalkan saja  Foto Jembatan Gantung itu tapi aku sudah terlanjur berjanji kepada Abi untuk mencetak foto itu akhirnya dengan uang pas-pasan tetapku cetak Foto Jembatan Gantung itu.

Sesampai di kampus aku berdua dengan Abi langsung segera mengirimkan foto hasil karyaku itu (yang satu atas namaku dan satu lagi atas nama Kgs. M. Habibillah). Saat ke tempat pendaftaran panitia tak ada di tempat, lalu kami kembali lagi ke jurusan, tak lama kemudian kami telpon lagi dan panitia sudah ada ditempat lalu ku suruh Abi untuk menyerahkan kedua foto itu ke panitia, namun hanya Abi yang ke sana tanpa ditemani aku karena aku pergi sholat terlebih dahulu, dengan sedikit cemberut Abi pergi sendiri mengirimkan foto yang akan kami kompetisikan dalam lomba tersebut.

Selesai mengirimkan lomba itu kami pulang karena tak ada lagi yang harus dilakukan di kampus.
Lama menunggu berita tentang hasil penilaian foto itu, kami berdua sering berhayal berharap nantinya kedua foto itu masuk 3 besar dalam lomba tersebut atau paling tidak ada salah satu masuk 3 besar walaupun bukan atas namaku.

Aku sempat Pede sekali dengan foto di Linggau itu, namun setelah aku pikir lagi aku kurang yakin karena aku pikir pasti hasil karya orang lain akan jauh lebih bagus, dan aku lebih tidak yakin lagi dengan foto Jembatan Gantung itu sebab foto itu sangat sederhana.

Dalam hatiku berpikir tak apa bila nantinya kalah, sebab ini adalah untuk pertama kalinya aku mengikuti lomba fotografi, yah ini partisipasiku untuk pertama kalinya dalam even fotografi semacam ini, paling tidak bila harus kalah aku bisa mendapatkan pengalaman dan tahu sebatas mana tingkat perbandinganku dengan orang lain di luar sana.

Singkat cerita hari ini, hari minggu tanggal 17 Oktober 2010 pukul 14:30 wib Abi mengabarkan bahwa fotoku juara 1 dalam Lomba Fotografi itu, aku terkejut, lalu aku bertanya foto yang mana yang menang ternyata foto yang menang adalah Foto Jembatan Gantung itu.

Dalam hatiku campur aduk, ada sedih bukan foto andalanku yang menang, namun aku juga bahagia dan deg-degan karena karya hasil jepretanku menang dalam lomba dan juara 1 pula. Foto Jembatan Gantung yang tadinya hampir tidak jadi aku cetak, hampir tidak jadi aku ikutkan dalam Lomba itu eeh ternyata akhirnya Foto itulah yang menang. Walaupun sertifikat lomba tertulis nama Kgs. M. Habibillah sebagai pemenang lomba fotografi tingkat Unsri tapi aku tetap bangga karena hasil karyaku lah yang menang dan di hargai orang lain, tak masalah namaku tak dikenal orang yang penting karyaku dihargai dan disukai orang lain itu saja sudah membuat hatiku sangat senang dan berbunga-bunga.. ^_^

Aku bayangkan betapa deg-degannya Abi di sana saat namanya dipanggil sebagi Juara Pertama dalam Lomba Fotografi itu, aku saja yang tidak menang dan hanya mendengarkan kabar lewat telpon sangat deg-degan.. hehehe (karena ini Pengalaman Pertamaku)

Dengan kebesaran hatinya temanku Abi akhirnya memberikan Piala Kemenangannya kepadaku, Piala Juara 1 Lomba Fotografi Dewan Pers Unsri diantarkan langsung Abi ke rumahku karena katanya itu sebenarnya jadi milikku walaupun dengan jelas di sertifikat itu yang tertera Juara 1 Lomba Fotografi adalah Kgs. M. Habibillah.

Terima kasih Kgs. M. Habibillah sudah dengan besar hati memberikan Piala ini kepadaku karena dengan ini aku semakin bersemangat untuk mendalami dunia Fotografi ini. Dunia Fotografi adalah dunia baru bagiku yang sangat menyenangkan dan akan lama aku berada di sana karena di dunia ini aku tak akan pernah menemukan kebosanan (insyaAllah)..

Sangkin bangga dan bahagianya aku foto Jembatan Gantung itu aku cetak lagi dalam ukuran 10R dan aku belikan bingkai “murah” untuk memajangnya di rumah biar ini jadi sebuah kenangan dan cerita untuk anak cucuku nanti.. hehehe

Dan dengan hasil ini juga aku bercerita dengan bangga kepada kedua orang tuaku bahwa anaknya ini juga bisa berprestasi dan membanggakan mereka.. hehehe

Dari Lomba kecil (sebatas kampus Unsri) ini semoga nantinya bisa terus meningkat ke tahap yang lebih besar.. amin (Insyaallah bisa)..

No bad lah hasilnya untuk kompetisi yang baru pertama kalinya aku ikuti ini.. Alhamdulillah..

Pengalaman Pertamaku yang sangat mengesankan.. ^_^

Inilah Foto Jembatan Gantung, foto yang hampir tak jadi aku cetak inilah yang jadi Juara 1 Lomba Fotogarfi Dewan Pers Unsri 2010, padahal ini foto yang sangat tidak aku andalkan karena penilaianku yang menganggap ini sangat biasa.

Tak perlu kau mencari ketenaran..
Tak perlu namamu terkenal namun nantinya dilupakan..
Berikan karya terbaikmu kepada dunia agar semua orang bisa menikmatinya..
Dengan karya itulah namamu akan dicari..
Dan terus dikenang juga dihargai orang lain walaupun kau sudah tak ada nanti..

By Adrian Fajriansyah (17/10/2010)

Kamis, 14 Oktober 2010

Cerpen Persahabatan

The Nekat Traveler


(Ini pengalaman berharga untuk pelajaraan hidup agar kita bisa menjadi orang yang lebih baik di masa yang akan datang)

(Dikutip dari sebuah kisah nyata, tepatnya terjadi pada bulan Januari 2010. Ini kisah nekat (The nekat traveler) dari 7 orang mahasiswa Unsri yang punya rencana mau liburan semester ganjil tahun itu dengan biaya pas-pasan. Rencana kami mau jalan-jalan murah, hemat dan irit ala Backpacker gitu. Tapi apa daya rencana tinggal rencana. Benar kata orang manusia hanya bisa berencana tapi Allah lah yang memutuskannya).



Wajah-Wajah Anak Malang Yang Akan Tertinggal Kereta

Kami bertujuh adalah sahabat satu Fakultas sebuah Universitas Negeri di Sumatera Selatan. Bulan Januari saat itu setelah melewati ujian semester yang sangat menguras otak kami semua berencana untuk melakukan liburan untuk penyegaran otak.

Pagi yang segar di hari sabtu tibalah saatnya kami berangkat. Pagi yang indah, aku bangun dari tempat tidurku dan langsung bergegas mandi lalu berangkat menuju stasiun kereta.

Liburan yang sudah kami rencanakan jauh-jauh hari itu aku sambut dengan sangat antusias karena inilah perjalanan pertamaku menujuh Bandung setelah bertahun-tahun merencanakannya.

Enam temanku yang lain Abi, Ari, Edison, Dian, Niko dan Ismail sudah menunggu di stasiun kereta, tepat pukul 08:00 wib aku tiba di stasiun kereta. Semua teman sudah menanti di sana dengan perasaan kecewa dan kesal karena aku telat, “kemano bae yan?? Alangkeh paginyo kau sampe..”, kata Abi dengan logat Palembangnya yang kental bertanya kepadaku, “maaf bro, biaso nah jalanan macet.”, aku menjawabnya dengan segala macam alasan. Untungnya kereta belum berangkat. Kami sempat bercengkrama dengan kakak-kakak tingkat yang kami temui di Stasiun Kertapati mereka semua juga akan melakukan perjalanan menggunakan kereta menuju Linggau.

Perjalanan mengunakan kereta ini sudah kami rencanakan jauh-jauh hari dengan alasan penghematan biaya karena biaya menggunakan kereta siang ke Lampung hanya 15 ribu rupiah dan kemudian kami akan menyabung dengan menggunakan kendaraan lainnya hingga nanti sampai di Kota Bandung. Yah kira-kira perjalanan ini semacam liburan ala bacpackerlah.

“Sudah jam 9 ni!”, aku bilang dengan teman-teman. Lalu kami semua bergegas menujuh ke kereta. Kemudian di tengah jalan si Edison salah satu teman kami berhenti sejenak di warung untuk membeli bekal persiapan untuk di kereta, perlu diketahui teman kami yang bernama Edison ini adalah orang yang memiliki perhitungan sangat tinggi, sehingga saat mau membeli bekal di warung itu diperlukan tawar menawar yang sangat alot apalagi warung-warung yang ada di dalam stasiun kereta menjual barang dagangannya dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga sewajarnya, “sorry bae aku nak beli mahal-mahal, dak galak rugi aku”, kata Edison.

Lama menunggu Edison, kami kesal, lalu Niko menegurnya agar segerah lekas menyelesaikan transaksi jual beli tersebut, “ayo Son cepat dikit, ntar keretanya berangkat”, kata Niko, “iyoh bentar lagi”, kata Edison. Dan tahukah kalian setelah sekian lama menunggu, Edison hanya membeli sebotol aqua. “Dasar Edison perhitungan banget sih loh!!”, kata Dian, “nak ngapo Yan?? dak galak rugi aku”, kata Edison dengan logat Palembannya.

Perjalanan kami lanjutkan menuju ke kereta tiba-tiba ada salah satu pegawai di stasiun bertanya dengan kami, “mau kemana dek?”, kami menjawab “mau ke Lampung pak.”, Bapak tadi menjawab, “ohh kereta Lampung barusan berangkat, sudah ke Linggau aja”, kami jawab lagi, “gak apa Pak kami kejar aja keretanya” sambil tertawa dalam hati, ah bapak ini mau bercanda, “lemak bae nak ngolai kami, emangnyo kami budak kecik”, kata Ari sedikit bercanda dengan bahasa Palembangnya.

Saat sampai ditempat kereta kami heran mana kereta yang akan membawak kami ke Lampung, biasanyakan kereta ke Lampung berada disebelah kiri stasiun dan kereta Linggau di sebelah kanan, nah saat itu kereta ke Lampung tidak ada. Kami heran apakah kereta Lampung sudah pindah parkiran? dalam hati kami emangnya angkot parkir sembarangan, ataukah kereta tersebut masih berada di garasinya?

Lalu kami temui lagi bapak yang tadi, kami betanya, ”pak mana kereta ke Lampung?”, bapak itu menjawab, ”sudah berangkat dek, barusan berangkat, tadikan sudah saya kasih tahu??”. Kami semua sejenak tegak dan terdiam karena bingung, lalu bertanya lagi, “yang bener pak?”, Bapak petugas menjawab lagi, “ bener dek, barusan berangkat”.

Aaahh,  kami semua bingung, lesu, dan seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi, rencana kami liburan hemat dan murah tersebut langsung lenyap, seperti kata seorang pujangga lama dari salah satu dinasti di Cina rencana kami saat itu, “bak embun yang menguap di pagi hari.”

Owh no, perasaan kami semua sangat campur aduk, sampai-sampai kami berlari ke ujung rel berniat mengejar kereta tersebut yang siapa tahu masih bisa terkejar walaupun itu tak mungkin karena memang kereta itu sudah pergi jauh dan tidak terlihat lagi bahkan suaranya pun sudah tak ada.

Bingung kalau sudah begini harus berbuat apa lagi. Diselah-selah kepanikan itu terbersit ide dari ku untuk mengajak teman-temanku menunggu kereta malam pukul 21:00 wib, tapi teman-teman tidak setuju dengan ide itu.

Aku bingung, tak mungkin bagiku untuk pulang lagi ke rumah, apa jadinya bila aku harus pulang lagi ke rumah pada hari dan jam tersebut karena aku sudah berpamitan dengan seluruh keluarga dan tetangga bahwa aku akan berangkat ke Bandung hari itu. Malu rasanya bila harus pulang lagi, dalam pikiranku sudah terbayang apa yang akan terjadi bila aku pulang ke rumah, mama pasti akan marah sambil mengejek kelakuan bodoh ku itu, pastilah kata mama dengan logat Palembangnya, “itulah bange nian jadi wong, madaki pacak ketinggalan kereta, lolo nian, itulah galak-galak igo, sudah-sudalah tiduk bae di rumah jangan banyak igo rencano!!”, wah membayangkan apa yang akan mama keluarkan dari mulutnya yang mungkin tidak akan berhenti 7 hari 7 malam itu makin membuatku berkeras untuk melanjutkan perjalanan hari itu juga.

Ternyata apa yang aku pikirkan itu juga ada dibenak semua teman-temanku, mereka juga malu jika harus pulang lagi ke rumah hari itu, apalagi Niko yang sudah berpamitan dengan kekasihnya, tak bisa dibayangkan betapa malunya Niko di depan kekasihnya bila harus pulang lagi, lebih-lebih mereka sudah berpamitan bak seorang kekasih yang akan pergi meninggalkan isterinya ke medan perang, oohh so sweet.

Kami betujuh berkumpul untuk menyatukan semua ide menjadi solusi yang kami anggap terbaik saat itu. Akhirnya munculah ide untuk mengejar kereta itu, entah darimana munculnya ide itu tapi sungguh itu adalah ide yang sangat buruk setelah kami mengenang peristiwa tersebut selang beberapa bulan pasca dari kejadian itu. Mengejar kereta itu adalah perbuatan yang sia-sia aku sarankan jangan pernah untuk kalian coba, “Don’t try at home!!!”

Keputusan kami untuk mengejar kereta itu disambut hangat oleh para preman, calo dan supir travel gadungan, mata-mata busuk mereka menatap kami tajam seolah kami adalah mangsa empuk yang mampir sendiri ke pemangsanya. Kami adalah uang yang sedang berjalan dan menari-nari di mata busuk mereka. Mereka semua bersekongkol menjadi satu kesatuan yang kuat. Bagi mereka inilah peluang meraup untung besar dari 7 mahasiswa bodoh yang ditinggal kereta.

Lalu mapirlah seorang preman bersama majikannya yang seorang Cina berumur kurang lebih 50 tahun anggaplah orang itu kami panggil Apek (bukan nama sebenarnya. Red). Terjadi negosiasi yang singkat karena saat itu otak kami tidak dapat bekerja cukup baik untuk bernegosiasi. Dapatlah kami mobil panter merah yang dikemudikan oleh Apek bersama kondekturnya si preman yang punya tampang gag jelas itu.

Selama perjalanan kami terus dihantui perasaan gugup dan bertanya-tanya dimanakah letak kereta itu sekarang. Biasanya dihutan para hunter berburu rusa dan Indiana Jones berburu harta, lah kami 7 orang mahasiswa Unsri berburu kereta yang meninggalkan kami sungguh ini perbuatan yang konyol sekali.

Lima belas menit kami lalui sampailah di stasiun Simpang, kami sempat melihat kereta ke Lampung, namu karena kereta itu tak berhenti lama membuat kami ragu untuk menggarinya ke sana, akhirnya kami putuskan untuk terus mengejar kereta itu ke stasiun Pay Kabung. Ternyata ini adalah keputusan yang sangat ceroboh karena nantinya sepanjang perjalanan kami tak akan pernah lagi menjumpai kereta itu. Lagi-lagi ini keputusan yang sangat kami sesalkan dikemudian hari pasca peristiwa ini.

Stasiun ke dua yang kami kunjungi dalam rangka mengejar kereta itu adalah stasiun Pay Kabung yang berjarak kurang lebih 20 km dari stasiun Simpang. Sampai di sana kami kira kereta itu belum tiba, kami tunggu kereta itu sejenak di depan stasiun tersebut namun 5 menit berlalu kereta tak kunjung tiba lalu datanglah petugas dalam stasiun itu menghampiri kami lalu dia bertanya, ada apa dek?”, kami semua menjawab “apakah kereta Lampung belum tiba pak?”, bapak petugas menjawab, “oh kereta Lampung sudah berangkat 5 menit yang lalu”, aahh!!! kami semua terkejut, lama-lama menunggu ternyata keretanya sudah lama pergi, lalu kami lanjutkan perjalanan tersebut ke stasiun kereta berikutnya dengan tergesa-gesa.

Sampai di stasiun Gelumbang pukul setengah 12 dalam hati kereta itu tiba pukul berapa. Dan lagi-lagi keretanya sudah lama pergi setelah kami tanyakan dengan salah satu pegawai di stasiun tersebut. Lalu kami pikir tidak mungkin lagi untuk mengejar kereta itu satu-satu disetiap stasiun yang kami lewati, aku maju ke depan berbicara dengan si Apek bahwa kami ingin langsung mengejar kereta itu ke Praumulih karena menurut jadwal kereta itu akan tiba di prabumulih sekitar pukul satu siang. Untuk ke Parbumulih si Apek mintak dana tambahan 50 ribu per orang, “gila bener ni orang, pengen cepet naik haji apa!!” kami semua terkejut, lalu kami bernegosiasi dengan Apek dan kondekturnya si preman yang punya tampang gag jelas tersebut, didapatlah kesepakatan 50 ribu per tujuh orang untuk melanjutkan perjalanan menujuh Prabumulih.

Saat perjalanan akan dilanjutkan eehh mobil Apek mogok, oohh Tuhan dosa apa yang kami sudah perbuat, sudah jatuh tertimpa tangga masuk comberan pula. Lama dikutak-katik mobil itu belum hidup juga lalu kami dipintak Apek untuk mendorong mobilnya atas dasar prikemanusiaan dan karena tuntutan mengejar waktu kami semua turun mendorong mobil itu, 50 meter didorong barulah mobil itu hidup, perjalanan kemudian kami lanjutkan.

Sebenarnya kami takut untuk ke Prabumulih, bukan apa-apa di Prabumulih ada Malis salah satu teman kami di kampus yang suka “ngatoi”, kami takut kalau sampai Malis tahu aib kami ketinggalan kereta bisa-bisa berita ini akan segerah menyebar sesaentaro kampus, wah bisa rusak nama baik kami semua.

Rasa yakin dapat mengejar kereta itu di Prabumulih sempat ada di pikiran kami, karena menurut perhitungan kami sampai ke Prabumulih hanya memakan waktu 1 jam dari Gelumbang dan saat itu jam masih menunjukkan pukul 11:45 wib sedangkan kereta akan berhenti di stasiun Prabumulih pukul 13:00 wib. Namun kenyataanya, dalam perjalanan si Apek mengemudikan mobilnya sangat lamban sekali, kami sudah berulang kali menyuruhnya untuk bergerak lebih cepat tapi apa yang dibilang si Apek “maaf aku gag berani kalau harus mengemudikan mobil ini lebih cepat lagi, apalagi aku baru kali ini mengemudikan mobil ke Prabumulih.”, waduh ternyata kami salah pilih driver, seharunya tadi kami memilih driver yang mantan pembalap, si Apek ternyata hanya seorang amatir dia tidak memiliki nyali untuk mengemudikan mobilnya dengan lebih cepat lagi bahkan motor yang berada di depannya saja tak berani didahuluinya. “lemak naik sepeda bae kalu cak ini ceritonyo, alangke lambetnyo oiii”, kata Abi dengan kesalnya dia menggrutuk.

Oh pupus sudah harapan kami untuk bisa mengejar kereta Lampung di stasiun Prabumulih, selain si Apek tak punya nyali membalap dia juga tak tahu jalan sehingga sepanjang jalan dia banyak dituntun oleh kami semua di dalam mobil itu. “Gila banget!!”, kata kami semua, disaat kami butuh yang cepat-cepat, eehh si Apek tidak berani ngebut dan tak tahu jalan, “dasar Apek Tongseng!!!”, kataku dalam hati. Kami cuma bisa sabar dan berharap Apek bisa kerasukan roh Rossi atau Schumacher supayah berani ngebut, tapi laju mobil masih statis, tidak bertambah cepat melainkan bertambah lamban.

Secerca harapan sempat mucul lagi, saat sampai di kota Prabumulih kami sempat melihat kereta Lampung dari kejauhan. “cepat dikit pak!!”, sahut kami. “Yah yah”, kata Apek. Ngebutlah Apek untuk pertama kalinya, tapi sesampai di stasiun Prabumulih baru saja kaki kami mengijakan kaki di tanah kereta Lampung sudah berangkat lagi, oohh tidak kali ini lebih menyakitkan daripada saat tertinggal di Kertapati karena kali ini kereta Lampung pergi tepat di depan mata kami dan kami tidak sempat lagi untuk mengejarnya, apalagi urusan pembayaran dengan Apek belum tuntas tidak mungkinlah kami tinggalkan saja Apek begitu saja sebelum membayar ongkos dengannya.

Lalu kami tuntaskan urusan pembayaran ongkos sewa mobil yang tak mampu melaju hingga 100 km/jam itu dengan Apek. Berat rasanya mengeluarkan uang untuk membayar sewa mobil dengan Apek itu karena semua uang yang kami keluarkan serasa sia-sia. Uang sudah banyak keluar tapi keretanya tak terkejar, rasa tak ikhlas melanda semuanya, kami bayar uang itu namun dalam hati kami mengumpat, “ni Pek ambil uangya tapi kami gag ikhlas, gag jadi daging buat loh.”.

Sebagai pemuda modern yang gaul dan selalu update dalam perkembangan jaman rasanya kurang afdol bila kami tidak update status FB untuk mengutarakan isi hati kami saat itu. Berbagai umpatan dan kata-kata kotor keluar dari status FB kami, apalagi status FB Edison sudah kayak tong sampah karena semua isinya adalah kata-kata kotor.

Teman-temanku yang berwajah kusut, kusam, lesu, tanpa semangat dan frustasi itu ku ajak untuk istirahat dahulu di rumah Tante ku yang ada di Prabumulih. Semuanya mau dengan ajakan ku itu. Aku telpon Tanteku untuk menjemput kami di stasiun Prabumulih.

Tak lama kemudian suami dari Tanteku datang menjemput kami. Aku ceritakan semua pengalaman kami selama dijalan kepada Om ku itu, “hahaha..” Om ku tertawa mendengar cerita kami yang mengejar kereta itu, “sungguh konyol”, kata Om ku.

Sampai di rumah Tanteku kami semua istirahat karena kelelahan. Kemudian kami merencanakan tujuan kami selanjutnya, kami harus mengatur ulang rencana pertama kami yang sudah hancur berantakan itu. Akhirnya dapat lagi solusi baru kami semua sepakat untuk langsung berangkat ke Lampung malam itu juga dengan menggunakan kereta bisnis pukul 11 malam ini walaupun harus mengeluarkan uang cukup banyak seharga 60 ribu rupiah teman-teman tetap berkeras berangkat karena kami semua mengejar target harus sampai di Lampung pada hari sabtu. “Jangan sampe oii kito ketinggalan kereta lagi, pas-pasan nian duit aku, dak pacak balek agek aku”, kata Ismail dengan bahasa Palembangnya.

Pukul 20:30 wib kami berpamitan dengan Tanteku untuk kembali melanjutkan perjalanan kami, saat berpamitan aku mendapatkan “salam tempel” dari Tanteku untuk membeli karcis tiket bisnis, “Alhamdulillah”, kataku dalam hati.

Kami tiba di stasiun kereta pukul 21:00 wib sedangkan kereta baru berangkat pukul 23:00 wib, itu kami lakukan karena trauma takut tertinggal kereta lagi.

Dua jam kami menunggu di stasiun, situasi saat itu hujan gerimis dan kadang-kadang bertambah agak deras disertai juga dengan perasaan waswas takut bertemu Malis, kami terus mengawasi semua orang yang berlalu-lalang di depan kami, siapa tahu salah satu dari penjual bongkol adalah Malis yang sedang menyamar, kata Dian “gawat juga nih kalau Malis diam-diam nyamar jadi penjual bongkol.”, “hahahaha…”, kami tertawa mendengar guyonan Dian, kami tertawa dalam kesedihan tapi itu adalah tawa kami yang sangat tulus.

Raut Muka Kami Saat Menunggu Kereta Pukul 23:00 wib

Dua jam yang melelahkan kami lewati, aku sangat lelah dan mengantuk menunggu kereta yang tak kunjung tiba, sesekali aku tertidur di pingiran jalan. Sudah lewat pukul 23:00 wib kereta belum juga tiba, Ismail yang sudah tidak tahan lagi menunggu bertanya dengan salah satu petugas di stasiun, ”pak jam berapa kereta datang?”, Bapak petugas menjawab, ”bentar lagi dek, ni lagi menuju kesini, sabar yah??”,
Lima belas menit kemudian kereta barulah tiba, biasa pelayanan publik di Indonesia harus dimaklumi, seperti kata temanku Ari, “giliran kita telat keretanya pergi duluan, ehh giliran kita tepat waktu keretanya datang terlambat..!!”, intinya keluhan Ari itu adalah harapan agar fasilitas publik di Negara kita tercinta ini dapat terjadwal jelas dan tepat waktu.

Kami masuk ke dalam kereta yang baru saja tiba, aku lega dan semua teman-teman juga lega, akhirnya kami masuk juga ke dalam kereta setelah seharian mengejarnya walaupun ini kereta yang berbeda.
Semua barang kami simpan dengan rapi. Satu persatu temanku sudah terlarut dalam dunia mimpi mereka masing-masing, dan akupun akan segera menyusulnya, sebelum tidur tak lupa aku ucapkan “selamat malam teman-teman seperjuanganku”, dan pada Abi teman sebangku ku, “bi tolong jaga aku baik-baik yaahh,, hehe, malam ini kau jaga pos dulu”, aku pun lelap tertidur menyusul teman-temanku yang sudah lelap duluan.

By Adrian Fajriansyah 11/10/2010

Lenggak Lenggok Wong Palembang

Lenggak Lenggok Di Pinggiran Sungai Musi


Kebersamaan Di Pinggir Sungai Musi

Sungai musi adalah jatung hati kota Palembang. Sungai musi dan masyarakat Palembang adalah dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Hubungan rakyat Palembang dan Sungai Musi sudah terjalin sangat lama bahkan sebelum datangnya koloni Belanda. Di sungai inilah dahulu kala armada-armada kerajaan Sriwijaya berjaya. Hingga kini Sungai Musi masih menjadi tokoh sentral dalam denyut nadi kehidupan warga Palembang khususnya.

Hampir segala aktivitas kehidupan dilakukan orang Palembang di Sungai Musi. Apabila kita menyelusuri pesisir sungai dapat kita temui berbagai macam aktivitas yang dilakukan masyarakat sekitar sungai seperti yang terlihat dari foto, mulai dari mandi, para ibu mencuci pakaian, anak-anak bermain riang berenang ke sana dan ke mari, sedangkan bapak-bapak sibuk melaut dengan paruhnya (mencari ikan di sungai musi) untuk nafkah bagi keluarganya, ataupun sekedar memancing mencari ikan untuk lauk makan di rumah bersama keluarga tercinta.

Dari sana dari foto ini dapat kita lihat dan kita bayangkan campura aduk aktivitas yang dilakukan orang-orang di Sungai Musi. Di Sungai Musi semua ada, orang mencari keceriaan, menemukan kebersamaan, memeras keringat mencari nafkah untuk keluarga, suka dan duka semuanya hadir di sungai tercinta ini, bahkan cinta pun dapat terjalin di sungai ini.

Tak bisa dibayangkan bila air sungai ini tercemar semua aktivitas yang biasa dilakukan oleh rakyat sekitar akan mati dan kehidupan sekitar pesisir Sungai Musi pun akan punah. Gejala pencemaran air sungai ini pun sekarang mulai terlihat, banyak air anak-anak sungai dari sungai musi yang mengering, mendangkal dan tercemar limbah terutama limbah keluarga dan bila ini terus dibiarkan dari hari ke hari akan berdampak buruk bagi Sungai Musi itu sendiri.

Lihatlah di foto ini, dapat kita lihat banyak sampah berserakan di pinggiran Sungai Musi, rakyat sekitar banyak yang tidak peduli dengan kebersihan air Sungai Musi padahal dari sungai inilah mereka hidup, dari air sungai ini pula mereka minum. Apakah mereka tidak pernah berpikir bagaimana bila air Sungai Musi tercemar limbah, rusak dan akhirnya kering, yang rugi adalah mereka sendiri.

Sekarang dibanyak tempat di Sungai Musi sudah banyak dipasang papan peringgatan untuk selalu menjaga kelestarian sungai dan kebersihan airnya. Semoga rakyat sekitar Sungai Musi semakin sadar untuk menjaga sungai mereka agar air sungai musi dapat terus dimanfaatkan. Dan untuk kita semua mulai sekarang harus ditanamkan rasa peduli menjaga sungai di sekitar kita karena dari sungailah sumber kehidupan berasal dan dari sungai pula sumber peradapan dimulai.

“Save our river. Save our water.”

Aktivitas Sehari-hari Warga Sekitar Sungai Musi
Senyum Polos Dari Wajah-Wajah Yang Bahagia
Kumpul Bersama Di Sore Hari Di Tepian Sungai
Para Calon Atlet Loncat Indah Indonesia Lahir Dari Pinggiran Sungai Musi
Senyum Sang Calon Jawarah Loncat Indah
Gotong Royong Adatnya Wong Palembang
Pelampung Plastik, Kreatif Atau Sekedar Iseng??
Kecerian Anak-Anak Sungai Saat Bermain Bersama
Tawa Tulus Yang Sangat Lepas Dari Sang “Anak Sungai”
Salah Satu Aliran Sungai Dari Anak Sungai Musi
Sang Pemancing, Sedang Menanti Hasil Pancingannya Yang Belum Kunjung Dapat
Kapal Bersandar Di Daerah Kampung Kapitan
Mall 16 (Sixteen)
Mengenaskan, Banyak Limbah Di Sungai, Mana Kepedulian Masyarakat??
Sungai Kita Kini!!! Semua Orang Harus Peduli Dengan Kebersihan Lingkungan Terutama Sungai !!!
Keadaan Sungai Disalah Satu Anak Sungai Dari Sungai Musi
JAGALAH DAN LESTARIKAN SUNGAI. JANGAN MEMBUANG SAMPAH KE SUNGAI !!!
Pasar Di Pinggir Sungai Sekanak (Anak Dari Sungai Musi)

Lokasi : Pinggiran Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan
Jenis kamera : Sony Prosumer Cyber Shot DSC-H50
Waktu pengambilan : Pukul 17:22:28 wib, 13 Oktober 2010
By Adrian Fajriansyah (14/10/2010)
 

Selasa, 17 Agustus 2010

MASJID SULTAN

MASJDI SULTAN

Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II kebanggan orang Palembang, Sumsel hingga Nusantara.

Bicara Masjid Agung kota Palembang kita tidak bisa memisahkannya dari seorang Sultan kharismatik asal Palembang yaitu Sultan Mahmud Badaruddin II, karena beliaulah sang pencetus berdirinya masjid ini. Konon katanya dari sumber arsip yang dapat dipercaya masjid ini sudah berdiri sejak abad ke 19 sekitar tahun 1880-an. Dahulunya masjid ini diberi nama Masjid Sultan karena sultanlah yang membiayai pembuatan dan sang pencetus pembuatan masjid ini, tapi seiring perkembangan waktu nama masjid ini berubah menjadi Masjid Agung karena masjid ini terlah menjadi Masjid Nasional dan merupakan masjid terbesar di wilayah Sumatera Bagian Selatan, akan tetapi nama Sultan Mahmud Badaruddin II tidak dapat dipisahkan dari sejarah berdirinya masjid ini oleh karena itu masjid ini pun sering dikenal dengan nama Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II.

Sabtu, 14 Agustus 2010

Lemparan Terjauh

LEMPARAN TERJAUH

(Lontarkanlah dirimu ke tempat terjauh dari tempat mu tegak saat ini agar kau dapat merasakan sungguh luar biasanya keindahan dan keagungan ciptaan Allah SWT,sesungguhnya Allah telah menciptakan dunia dan mahluk di dalamnya dengan sesempurnanya ciptaan)

Boro-boro mau ke luar negeri, jalan-jalan paling jauh saja yang pernah aku singgahin adalah ke Tanjung Karang, Bandar Lampung. Ke Lampung itu pun bukan untuk tujuan jalan-jalan akan tetapi mau menghadiri acara pernikahan sepupuhku.

Sampai akhirnya di bulan September tahun 2009 Tante Eka dan Om Eko mengajakku untuk pergi ke Binjai, Sumatera Utara. Sungguh sangat beruntung hidupku, disaat aku cuma bisa melihat keindahan alam Sumatera Utara lewat TV dan foto-foto dimajalah pariwisata, saat itu aku mendapatkan kesempatan gratis ke sana (aku tidak menolak waktu tawaran pertama diajukan pada ku, aku langsung bilang "yah aku mau").

Inilah enaknya kalau kita punya keluarga yang tinggal di daerah yang jauh dari tempat kita, kalau kita ingin pergi ke sana kita bisa numpang dan itu gratis. ^_^

Om Eko suami dari Tante Eka adalah orang Jawa yang lahir dan di besarkan di Binjai, Sumatera Utara. Istilahnya Om Eko adalah PUJAKESUMA (Putra Jawa Kelahiran Sumatera). Sudah dari kakek moyangnnya keluarga Om Eko tinggal di Binjai. Binjai sendiri terkenal sebagai daerah yang paling multi etnis di Sumatera Utara setelah Medan.

Sudah lebih dari 5 tahun Om eko tidak ke tanah kelahirannya. Dikesempatan lebaran tahun 2009 itu dia berencana untuk pulang kampung ke Binjai. Nah inilah yang menjadi awal dari diajaknya aku ke sana. Aku diajak untuk menemani keberangkatan keluarga Tante ku itu ke Binjai, karena keluarga Tante Eka ku  semua anak-anaknya masih kecil-kecil,tugas ku adalah menemani keberangkatan dan mengasuh anak-anaknya, (aku ikhlas melakukannya) kebetulan anak-anak Tante Eka Ku sangat senang diasuh oleh ku karena dari mereka bayi akulah yang mengendong dan kadang menidurkan mereka.Inilah enaknya menjadi orang yang disukai anak kecil (kemana-mana selalu ingin ditemani aku.. hehehe).

Keberangkatan ke Binjai waktu itu bertepatan dengan bulan Ramadhan 1430 Hijriah dan kami memeng berencana untuk merayakan hari Raya Idul Fitri di sana.

Berangkat ke Binjai kami tempuh lewat jalan darat, tempatnya melalui jalur lintas timur Sumatera.Itulah perjalanan terjauh pertama yang pernah aku tempuh dan itulah pertama kalinya aku melalui jalur lintas timur Sumatera.

Senang rasanya bisa ikut perjalanan itu, lewat perjalanan itulah aku lebih bisa mengenal dunia, aku bisa melihat keindahan alam Indonesia, pengalaman ku benar-benar bertambah karena ikut perjalanan ini (sebelumnya aku hanya berkutat di daerah Sumsel ampe Lampung doank).

Jambi adalah provinsi ke tiga yang pernah aku singgahi, setelah Sumatera Selatan dan Lampung. Benar-benar beruntung sekali aku dapat kesempatan diajak jalan-jalan gratis ini aku bisa melihat daerah-daerah lain di Indonesia selain Sumsel dan Lampung (dengan perjalanan itu aku bisa mengenal lebih jauh tentang Indonesia dan keindahan alamnya).

Di Jambi. Jambi itu sebuah provinsi yang berbatasan langsung dengan provinsi Sumatera Selatan, kalau dari pengamatanku selama pejalanan melewati Jambi,Jambi itu sebuah daerah yang sedang berkembang, kehidupan di sana hampir mirip dengan yang ada di Palembang dan bahasa sehari-hari yang mereka gunakan pun hampir mirip dengan yang dipakai oleh orang Palembang. Tempat terkeren yang aku lewati di Jambi hanyalah Jembatan Batang Hari kebangganannya orang Jambi, dari bentuknya jembatan Batang Hari hampir mirip dengan Jembatan Musi Dua di Palembang (aku hanya lewat doank kota Jambi jadi gak bisa mengeksplor lebih jauh tentang daerah itu).

Terus, perjalanan selanjutnya, provinsi ke empat yang pernah aku singgahi  atau daerah selanjutnya yang kami lewati untuk menujuh ke Binjai adalah Provinsi Riau. Riau adalah daerah yang hampir sepanjang jalan yang aku lewati banyak terdapat kebun sawit dan tambang minyak. Selain itu yang unik saat berada di Riau kita bisa mendapatkan gelombang radio dari Malaysia dam Singapura, (waah aneh banget deh bagi aku pengalaman satu ini,karena baru sekali itu aku mendengarkan siaran radio asing asal Malaysia dan Siangapura). Hampir semua gelombang radio yang kami dapat selama diperjalanan adalah radio Malaysia dan Singapura dan tahukah kalian kalau hampir semua lagu yang didengarkan adalah lagu-lagu Indonesia (waah bangga banget deh aku sebagai orang Indonesia).

Riau itu provinsi yang mayoritas penduduknya beretnis Melayu dan berbahasa Melayu. Bahasa yang mereka pakai sehari-hari adalah bahasa Melayu yang hampir mirip dengan yang dipakai di Brunei dan Malaysia. Suasana Melayu sangat terasa saat kita berada di kota Pekanbaru Riau, gedung-gedung perkantoran dan swasta yang berada di sana bermotif ukiran Melayu (indah banget deh pokoknya). Apalagi masjid-masjidnya,waah masjid-masjid yang ada di Riau itu keren-keren banget, arsitektur gedung masjidnya kayak yang ada di Arab keren dan megah sekali. Wajar saja kalau Pekanbaru mampu untuk membangun gedung-gedung yang indah dan megah karena daerah ini merupakan provinsi terkaya di Indonesia yang mayoritas dana APBDnya didapat dari kekayaan alamnya berupa minyak ditambah lagi dengan benyaknya kebun sawit disana yang juga merupakan daerah yang memiliki jumlah kebun sawit terluas di Indonesia, jadi sudah sewajarnya daerah ini membangun dan membenahi diri untuk mengejar ketertinggalan mereka dari daerah-daerah lain di Indonesia yang sudah lebih dulu maju.

Tempat selanjutnya adalah Sumatera Utara yang merupakan inti perjalanan kami dan merupakan provinsi ke lima di Indonesia yang pernah aku singgahin (pada saat itu). Wah Sumatera Utara adalah tempat yang sangat indah, alamnya lengkap mulai dari pantai, sungai, danau dan pegunungan ada disana yang mejadikan daerah ini sebagai salah satu pusat pariwisata terindah di Indonesia bahkan dunia yang wajib untuk dikunjungin oleh orang-orang yang hobi jalan-jalan macam aku ini.

Sampai di Medan kami langsung menujuh ke Binjai. Medan ke Binjai memakan waktu 30 menit kurang lebih. Sampai ke Binjai kami langsung ke rumah orang tuanya Om Eko untuk bersilahturahmi, lalu kami menginap di rumah kakak tertua dari Om Eko. Aku menghabiskan 3 hari puasa terakhir di sana dan merayakan hari Raya Lebaran Idul Fitri juga disana, inilah untuk pertama kalinya aku merayakan hari raya Idul Fitri tidak dengan orang tua ku. Merayakan hari Idul Fitri di tempat orang benar-benar mengasikan aku tidak canggung atau pun aneh dengan suasana di sana karena semua orang di sana ramah-ramah dan juga cepat akrab denganku sehingga membuatku betah untuk tinggal disana (pokoknya serasa tinggal di rumah sendiri saja).

Kami melaksanakan sholat Id di Masijd Agung kota Binjai, sehabis sholat kamiber silahturahmi ke rumah sanak-dulur Om Eko.

Esok harinya kami jalan-jalan menikmati suasana Kota Medan, kami menikmati ramainya kota Medan yang sangat besar, kami pergi ke tempat-tempat wisata Kota Medan macam Klenteng Kota Medan, Jalan Merdeka Kota Medan, terus ke Istana Maimun yang merupakan tempat yang sangat aku inginkan untuk ke sana.

Tadinya aku kira Museum Istana Maimun itu sangat luas sekali, dan ternyata apa yang aku dapat isi museumnya sangat sedikit karena hanya sebagian dari Istana saja yang dibolehkan untuk disinggahi dan tempat lainnya tidak boleh untuk dimasuki karena masih digunakan oleh keluarga kerajaan sebagai tempat tinggal mereka. Mungkin kalau boleh aku ambil pembanding  Museum Istana Maimun hampir sama dengan isi di dalam Museum Sultan Mahmud BadaruddinII (koleksinya kurang lengkap.. ehmm).

Menikmati Kota Medan dan segala macam yang ada di dalamnya sungguh menarik karena Kota Medan adalah kota yang sangat multi etnis, di sana terdapat etnis India, Arab, Cina,Melayu dan Lokal, yang menjadikan kota ini sangat ramah karena kemajemukan orang yang ada di dalamnya mampu menjaga toleransi antar etnis. Asik sekali pokoknya, Kota Medan adalah kota yang sangat besar yang menjadikan kota ini sebagai kota terbesar di Pulau Sumatera. Satu lagi yang tidak bisa aku lupakan dari Kota Medan adalah wisata kulinernya sangat beragam sekali, tapi yang paling aku suka adalah Mie Aceh di Jalan Sytia Budi (yang sangat laris manis,jam 1 siang aja mienya udah abis, konon katanya itulah tempat jual Mie Aceh terenak di Kota Medan,,, hehehe).

Setelah asik menikmati Kota Medan, esoknya dan inilah hari yang paling mengasikan, kami sekeluarga Om Eko pergi rekreasi bersama ke Danau Toba,, (yuhuu mantap bangetdeh). Waaww,, Danau Toba sungguh indah, sungguh beruntung nasibku yang dulunya cuma bisa nonton TV dan liat foto Danau Toba di majalah-majalah pariwisata dan hanya berkhayal untuk ke sana, tapi saat itu aku bisa berada di sana gratis pula ahh indahnya dunia ini. Danau Toba hanya 3 jam kurang lebih dari Medan, sepanjang perjalanan ke sana kita akan disuguhi keindahan alam pegunungan dimana banyak terdapat kebun-kebun buah dan pohon pinus yang sangat indah pokoknya saat itu tidak berasa di Indonesia deh kayak di Eropa gitu.. hehehe

Waktu pertama kali aku melihat Danau Toba aku sangat takjub sekali, bagaimana tidak takjub Danau Toba itu sangat luas sekali bahkan aku pikir itu laut bukan danau, pantas saja Danau Toba menjadi danau terluas di Asia Tenggara karena Danau Toba memang sangat luas sekali seperti laut, dan tentunnya sangat indah. Pokoknya tidak ada kata lain selain takjub dan subhanAllah, sungguh luar biasa ciptaan Allah SWT tiada bandingnya deh, benar-benar Allah adalah pelukis Termaha hebat, lukisan alamnya sangat indah sekali, birunya air danau yang terpantul dari refleksi pancaran cahaya kebiruan dari langit ditambah dengan landscape perbukitan yang hijau mengelilingi Danau Vulcanik itu membuat semakin lengkapnya keindahanyang disuguhkan oleh Danau Raksasa ini.

Itu saat berada di ujung jalan menujuh Danau Toba (Danau Toba berada di ujung lagi di kaki bukit), untuk menuju ke danau kami harus melewati jalan yang berlika-liku, berbelok-belok, dan menikuk-nikuk (menikung-nikung). Perjalanan yang ekstrim itu tidak lah mengurangin keasikan dan kenikmatan perjalanan tersebut karena sepanjang perjalanan kami disuguhi keindahan alam sekitar Danau Toba yang sangat luar biasa.

Sampai ke Danau Toba tepatnya di Kota Prapat kami langsung beristirahat ke Villa PTPN II. Waahh, alhamdullillah banget aku diberikan kesempatan tidur di villa pejabat PTPN II itu, villanya sangat bagus sekali, kamar tidurnya besar (itulah kamar tidur terbesar yang pernah aku tempati hahaha), kasurnya empuk, dan yang lebih fantastic adalah villa itu langsung menghadap Danau Toba dan di halaman villa tersebut ada pantai buatan pribadi punya PTPN II (wwaah keren banget deh).

Malam hari di Danau Toba tidak aku habiskan untuk beristirahat melainkan aku gunakan untuk menikmati suasana malam di Kota Prapat sekitar Danau Toba yang sangat indah dan ramai dipenuhi oleh para wisatawan baik asing maupun manca Negara. Di Prapat itu suhunya dingin banget deh mungkin suhunya dibawah 10 derajat sampai-sampai dua buah jaket saja tidak mempan melawan dinginnya kota itu, wajar saja daerah ini dingin karena daerah ini berada di dataran tinggi dan dikelilingi oleh pegunungan, apalagi ditambah hembusan angin dari Danau Toba yang benar-benar menusuk tulang. Malam itu adalah malam yang tak akan aku lupakan sepanjang hidupku, indah banget, suasana ramai Kota Prapat sangat membuatku ingin terus berada di sana. Keliling kota menikmati suasan malam di pinggir Danau, bercengkrama dengan wisatawan asing dan minum bandrek anget di tempat yang sangat dingin, asik banget pokoknya (kapan yah bisa kesana lagi, pokoknya aku harus kesana lagi).

Setelah puas menikmati suasana malam di Kota Prapat kami istirahat. Keesokan paginya kami langsung mandi, dan mandinya bukan di kamar mandi tapi di Danau Toba, (yah kami mandi di Danau Toba) dan juga menikmati pantai buatan pribadi punya PTPN II di pagi hari, udarahnya segar banget deh, heeemmm,, rasa sejuk udarah Danau Toba di pagi hari masih kerasa banget deh di hidung ini, bahkan sekarang pun aku masih bisa merasakannya,, segar.. ohh ya yang tidak kalah penting untuk diketahui air di Daerah Prapat itu terutama air Danau Toba dinginnya bukan main, sangkin dinginnya kalau kita buka pintu kamar mandi hembusan angin dingin seperti di lemari es begitu terasa, bahkan kalau diperhatiin air di dalam kamar mandi tersebut mengeluarkan embun sangkin dinginnya.

Sehabis asik menikmati bermain-main air di Danau Toba, kami kemudian melanjutkan perjalanan ke Pulau Samosir. Pulau Samosir adalah pulau yang berada ditengah-tengah Danau Toba, kami pergi ke Pulau Samosir menggunakan kapal nelayan yang banyak tersediah di sana. Saat mau menuju ke Pulau Samosir kami terlebih dahulu disinggahi ke Batu Gantung yang sangat legendaries disana, "konon katanya dahulu ada seorang putri yang dipaksa menikah oleh ayahnya dengan laki-laki yang dia tidak cintai, si putri kemudian pergi ke sebuah goa, kemudian dia tinggal disana untuk waktu yang lama, berpuluh-puluh tahun kemudian di goa yang dulu merupakan tempat tinggal si putri tadi muncul sebuah batu yang tergantung, nah inilah yang kata orang setempat merupakan batu jelmaan putri itu, yang sekarang disebut batu gantung karena posisinya tergantung disebuah tebing". Setelah singgah ke Batu Gantung kami terus melanjutkan perjalanan ke Pulau Samosir yang memakan waktu kurang lebih 30 menit. Pulau Samosir merupakan pulau yang didiami oleh banyak orang Batak Toba, disana banyak terdapat peninggalan Megalitikum dan rumah-rumah adat orang Samosir. Salah satu peninggalan Megalitikum di sana diyakini sebagai makam dari Raja Sidabutar. Kalau di komplek rumah adat Samosir ada patung Sigale-gale yang sering dipertunjukkan untuk wisatawan yang berkunjung ke sana. Di Pulau Samosir banyak sekali pedagang yang menjual cindramata khas Danau Toba mulai dari yang mahal hingga yang murah, (saran dari aku kita harus pandai menawar saat membeli cindramata di sana dan menurut aku lebih baik beli di Pulau Samosir dari pada di Prapat karena justru harga di Prapat lebih mahal dibandingkan di Samosir padahal daerah tersebut jaraknya hanya 30 menit menggunakan kapal, aneh kan??).

Puas menikmati Pulau Samosir kami pulang kembali ke Prapat, sebenarnya kami sudah diingatkan oleh nelayan agar pulang setelah 1 jam menikmati Samosir, karena saat itu cuaca sedang buruk jadi kami diharapkan untuk segera pulang dalam waktu satu jam, tapi karena kami ceroboh dan tidak mematuhi nasihat kami pulang kembali ke kapal satu setengah  jam kemudian dan ini bukan kami saja hampir semua penumpang kapal datang satu setengah jam kemudian. Saat kami pulang cuaca sudah semakin buruk, angin kencang dan ombak tinggi apalagi ditambah kapal yang kami naiki tidak terlalu besar sehingga air ombak yang besar itu sesekali masuk ke lambung kapal membuat para penumpang di kapal panik dan histeris. Inilah balasan bagi kami yang tidak mematuhi perintah, kami harus menanggung keadaan yang sangat mencengkam tersebut akibat kecerobohan kami, semua penumpang di kapal panik dan mulut mereka komat-kamit (termasuk aku), aku pun sudah membayangkan bagaimana jadinya bila kapal ini terbalik karena aku tidak bisa berenang (aahh mungkin aku akan mati di sini dan aku tidak akan bisa melihat kedua orang tua ku lagi) itu yang ada di dalam benak ku saat itu.

Kapal yang berada di tengah-tengah danau berjalan sangat lamban karena ombak sangat tinggi dan angin sangat kencang, tidak mungkin bagi kapal ini untuk menambah kecepatannya (kalau kami semua di dalam kapal itu tidak mau terbalik dan tenggelam), jadilah kami harus terguncang-guncang di dalam kapal lebih dari 1jam, (nah di sanalah aku pernah update status di FB "ya allah selamatkan lah aku"..hahaha).. ahh pokonya sangat mencegkam.. Kapal itu serasa akan terbalik karena guncangan dari ombak sangat luar biasa, kami harus terdorong ke kiri dan ke kanan dengan sangat kuat, baju/pakaian kami basah semua karena cipratan air danau yang terhembus angin kencang.  Setelah 1 jam lebih di kapal itu kami pun sampai di dermaga Prapat, rasanya saat itu sangat menyenangkan, injakkan kaki pertama di darat sungguh sangat kami syukuri. "Awal berangkat  yang tadinya disambut dengan suka cita tapi saat pulang wajah kami dipenuhi dengan rasa takut dan pucat basi", karena kecemasan yang sangat luar biasa selama di atas kapal,sampai-sampai tante ku berkata "cukup satu kali ini saja aku pergi ke Samosir", yah benar saja tanteku berkata demikian karena saat itu mememang telah membuat kami semua traumah untuk naik kapal lagi.. hahaha

Hanya dua hari di Prapat, kami pulang lagi ke Binjai. Untuk beristirahat dan menikmati Binjai.

Sebelum pulang ke Palembang, kami menyempatkan untuk jalan-jalan ke Brastagi yang berjarak 2 jam kurang lebih dari Medan. Ke Brastagi sebenarnya tidak masuk dalam list jalan-jalannya Tante Eka tapi karena dia ibah melihat diriku yang sangat ingin ke sana, akhirnya dia bela-belain untuk ke sana sebelum pulang ke Palembang, (seneng banget deh punya tante yang sangat sayang dengan aku, aku jadi bangga punya tante yang kayak dia.. hehehe).

Dua hari sebelum pulang ke Palembang, kami sekeluarga Om Eko pergi ke Brastagi atas keinginanku yang direalisasikan oleh Tante Eka ku. Sungguh beruntung orang yang tinggal di Medan karena mereka tidak perlu jauh-jauh untuk menikmati keindahan alam, kalau mau ke pantai ada tinggal pergi ke daerah sebelum medan yang berjarak sekita dua jam dari Medan, mau ke Danau Toba cuma sekita empat jam dari Medan, mau ke Pegunungan Brastagi cuma dua jam dari Medan, jadi intinya orang Medan gak bakal bosen menjalani hidup di sana karena kalau mau rekreasi tidak perlu pergi jauh-jauh karena di dekat sana banyak tersediah tempat pariwisata, bandingkan dengan Palembang yang kalau mau ke daerah pegunungan (Pagar Alam) harus menempuh jarak kurang lebih 7 jam dari Palembang (dan kalau sudah sampai langsung lelap tertidur karena kecapekan di jalan,,, hufffhh), mau ke pantai di Sumsel gak ada pantai kalii, yang ada palingan Sungai Musi tapi gakpapa yang penting ada dan kami orang Palembang bangga kali dengan Sungai Musi.. hehehe.

Brastagi adalah daerah pegunungan yang sangat asrih, di sana banyak kebun sayuran dan buah-buhanan, tempatnya juga sangat sejuk dan dingin, terus air di sana lagi-lagi sangat dingin, mirip dengan di Prapat Danau Toba air di Brastagi juga membuat kamar mandi seperti Lemari ES sangkin dinginnya.. hehe

Di Brastagi lagi-lagi kami menginap di villa PTPN II, ohh ya mengapa kami selalu menginap di Villa PTPN II karena kakak dari Om Eko adalah pegawai menegah atas di PTPN II yang cukup disegani sehingga kalau ada keperluan mencangkup tempat tinggal kami tinggal calling kakak dari Om Eko untuk disediahkan tempat tinggal berupa villa PTPN II dan itu gratis.. hahaha.

Enak betul rasanya menikmati liburan gratis. Tempat tinggal kami di Brastagi menghadap langsung dengan Gunung (tapi aku lupa apa namanya), halaman rumahnya sangat luas dan asrih yang dikelilingi banyak pohon rindang dan rumput jepang yang terawat rapi sekali, kami bisa tidur-tiduran dengan nyaman di halaman villa tersebut sambil menikmati indahnya pemandangan di depan kami yang dikelilingi kebun dan Gunung yang gagah. Kenikmatan berada di Brastagi sungguh terasa sangat cepat karena tempat itu begitu mempesona dan indah sehingga membuat betah siapa saja yang tinggal di sana. Esok harinya kami singgah lagi di Binjai tempat kakaknya dari Om Eko untuk beristirahat sehari sebelum kembali pulang ke Palembang. Setelah berpamitan dengan seluruh keluarga dan orang tua Om Eko kami pulang lagi ke Palembang.

Liburan ku selama 14 hari di Sumatera Utara sungguh indah. Benar-benar aku bisa merasakan betapa agungnya ciptaan Allah SWT. Lukisan alam yang indah ini hedaknya harus kita jaga agar nanti anak cucung kita juga bisa merasakannya. Jangan sampai semua yang ada saat ini rusak dan hilang di masa depan.

Dari perjalanan inilah aku niatkan pada diri ini untuk bisa pergi keliling Indonesia dan Dunia, agar aku lebih bisa mengenal dunia dan merasakan ke Agungan ciptaan Allah SWT yang lain yang masih banyak lagi. Sungguh sangat disayangkan kalau Allah SWT telah menciptakan alam yang sangat indah ini tapi tidak pernah untuk kita rasakan dan nikmati sampai kita mati kelak (tapi ingat kalau sudah menikmati jangan dirusak, harus dijaga agar yang lain juga bisa menikmatinya kelak). Jadi dari saat ini mari niatkan untuk pergi mengunjungin tempat-tempatindah ciptaan Sang Maha Kuasa agar hati ini bisa lebih bergetar merasakan ke Agungan-Nya lewat ciptaan-Nya yang tiada tara.. Allah Hu Akbar..  Merdeka ??? (Benyamin Sueb Mode On)... ^o^

By Adrian Fajriansyah (14/08/2010) -adrianbiger.blogspot.com-

Teruntuk Tante Eka dan Om Eko serta semua sepupuh-pupuhku yang dengan senang hati telah mengajak aku ikut pergi menikmati indahnya alam ciptaan Allah Yang Maha Kuasa. Aku akan mengingat semua kebaikan kalian, dan suatu hari kelak kalau aku suksesakan ku ajak kalian semua ke tempat-tempat terindah di Dunia.. ^_^

Kejadian ini terjadi di 15 September – 2 Oktober Tahun 2009, bertepatan dengan bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1430 Hijriah.

Suasana tandus saat sawit-sawit tua ditebang di sepanjang jalan dari Riau ke Sumut

Sholat ID bersama di Masjid Agung Binjai

Suasana di dalam Istana Maimun

Landscape di atas Danau Toba

Suasana di pingir danau Toba

Batu Gantung

Rumah adat samosir

Villa di brastagi

 Suasana halaman villa di Brastagi

 Gunung yang berada di depan villa brastagi

 Kebun yang ada di daerah Brastagi,, asrih banget